Bedah Buku Resolusi Hijrah



    Mengingat kembali kisah beberapa tahun lalu yang telah dialami oleh author. Sekitar tahun 2014 saya mengalami fase hidup ingin memperbaiki hidup. Saya ingin "berkenalan" lagi dengan agama Islam. Memang benar saya islam sejak lahir, tetapi gaya hidup saya jauh dari nilai nilai Islam. Fase berkenalan yang beberapa tahun ini disebut dengan "Hijrah" Mungkin istilah "tuanya" adalah tobat.        Dalam fase ini saya seperti menemukan dunia baru. Mulai cara berpakaian, sudut pandang hingga istilah kata yang baru menurut saya kala itu seperti "antum" , "afwan", "jazakumullah" dan sebagainya. Di tahun 2014an hingga saat ini saya dibimbing salah satu ustdz di Kota Surabaya, karena pada tahun-tahun tersebut saya kesulitan menemukan kajian yang anak muda banget Alhamdulillah kini banyak komunitas hijrah tersebar di kota-kota Indonesia, sehingga ada event untuk anak hijrah. Ya intinya ada wadah untuk mereka yangg mau belajar agama lagi, khusunya anak muda
    Dalam gelombang hijrah ini ada sedikit keresahan yang saya rasakan, ketika melihat anak yang baru hijrah sudah berani menghakimi ustdz yg menurut "golonganya" salah. Belum lagi di keluarga tidak segan berkata menyakiti orang tua atau keluarga lain, karena tidak sepaham dengan ilmunya dari keresahan ini dan ingin berbagi sedikit pengalaman, saya menuliskan artikel satu persatu perlu diketahui sebelum jadi buku, beberapa tulisan Resolusi Hijrah saya terbitkan menjadi zine sebuah media penulisan dan penerbitan yang saya kenal dalam dunia anak punk Dalam buku Resolusi Hijrah saya sampaikan secara bertahap ketika berhijrah apa dulu yang kita perbaiki hingga apakah hijrah kita sudah berdampak untuk orang sekitar kita.
    Karena ada beberapa kasus anak hijrah terkadang menjadi menakutkan bahkan dicurigai sebagai teroris ketika memutuskan datang ke kajian, bercelana cingkrang dan berjenggot ketika ada yang menilai demikian, harusnya "anak hijrah" harus muhasabah, ketika fokus belajar ngaji kita lupa dengan tanggung jawab yang ada. 
Misal contohnya kita jarang bantu orang tua, ya jelas orang tua tidak respect jika demikian, Maka jangan salahkan orang tua jika menilai hijrah kita tidak berdampak atau lebih buruknya orang tua menolak apa yang kita sampaikan (dakwah)
Buku ini dibagi menjadi tiga bagian
1. Memperbaiki diri
2, Menggali Potensi
3. Muslim Kontrubutif

    Setiap bagian akan disampaikan bagaimana sikap kita setelah berhijrah, resolusi demi resolusi hijrah sehingga dapat memberi manfaat untuk orang banyak

Komentar

Postingan populer dari blog ini