Hijrah Milenials, Kisah Hijrah Remaja Kekinian

     Hijrahnya artis, hijrahnya muda-mudi milenial, tumbuhnya komunitas hijrah, dan munculnya kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami akhir-akhir ini patut diperbincangkan. Sebab, kehadiran mereka menjadi trend baru yang tidak dapat dipisahkan dalam ruang publik. Lahirnya gerakan pemuda Shift di Bandung, gerakan pemuda Al-Kahf di Surabaya, mencerminkan bagaimana kepedulian pemuda jaman milenials akan pentingnya memperkuat keimanan dan ketaqwaan. Kemudian munculnya berbagai kegiatan bertema hijrah: Islamic Fest, Hijrah Fest, Muslim United seperti menjalar bak virus di tengah hujan. Mereka menjelma untuk mengisi gaya hidup dan agenda di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya dan kota di luar pulau jawa.
    Ini menarik, sebelumnya, 5-10 tahun ke belakang, jarang ada event yang kemudian menjalar di seantero negeri. Mungkin ada namun tidak seviral hari ini. kemungkinan besar karena saat itu belum ada teknlogi informasi yang memperlihatkan bagaimana gerakan-gerakan ini telah bersahutan riang. Istilah ini sebenarnya sudah popular sejak zaman Rasulullah Saw dan para sahabat ketika masih di Mekkah. Saat dimana kondisi kaum muslimin mulai mendapatkan tekanan dan terror yang sangat berat dari kaum musyrikin, Rasulullah SAW memerintahkan sebagian sahabat untuk berhijrah menuju negeri Habasyah. Kira-kira sekitar tahun kelima kenabian. Hingga puncaknya adalah hijrah yang totalitas pada tahun ke-13 kenabian, menuju Yastrib, yang kemudian dinamakan Madinah.
    Hari ini, di negeri kita tercinta ini, juga mengalami fenomena „hijrah‟ yang sangat dahsyat. Anak-anak muda, khususnya generasi milenial, berbondong-bondong melirik kembali Islam sebagai gaya hidupnya. Mereka berbondong-bondong untuk mendatangi event-event islami, menggunakan produk produk muslim, memenuhi masjid-masjid untuk melaksanakan ibadah. Sungguh pemandangan yang jarang kita temui lima atau sepuluh tahun yang lalu.
    Generasi milenial yang selama ini kita anggap paling banyak tergerus dengan arus modernisasi dan terjebak dalam dampak negatif teknologi, ternyata masih ada diantara mereka yang menyambut hidayah yang Allah berikan kepada mereka. Para milenial ini mulai banyak yang berani mengambil keputusan untuk berubah menjadi „orang aneh‟ di tengah-tengah mainstreamnya mereka yang penuh dengan gaya hidup barat. Ini sebuah fenomena unik, dan mungkin, baru terjadi di Indonesia saja.
    Menariknya, di balik para muhajirin milenial ini ternyata ada cerita-cerita yang mengharukan, inspiratif, unik, bahkan terkadang lucu, yang menghiasi setiap momen hijrah mereka. Rasanya berbeda, ketika kita bicara ketaatan yang dialami anak muda dengan yang dialami orang-orang diusia yang lebih tua. Seperti sudah mainstream rasanya kalau kalangan generasi tua saat berbicara mengenai ketaatan agama. Karena pemandangan mainstream di masjid yang selama ini kita temui dulu selalu shaf-shaf terdepan diisi oleh bapak-bapak yang sudah sepuh, atau pensiunan kini berubah dengan adanya pemuda masjid yang sadar akan pentingnya sholat berjamaah dan mengisi shaf yang paling depan.
    Hijrahnya milenial lebih menarik karena selalu berbalut dengan karakter unik mereka yang lahir di era yang seluruh fasilitas teknologi informasi sudah begitu maju dan moderen. Hijrahnya milenial selalu kental dengan nuansa yang fresh dengan ide-ide baru dan unik. Pengalaman-pengalaman mereka inilah yang patut kita simak dalam buku hijrah milenials.
    Penulis beberapa kali mengikuti serangkaian acara bertemakan hijrah. Waw! Ternyata banyak sekali pesertanya, bahkan beberapa dari mereka ada yang dari luar kota, luar provinsi, hadir berbondong-bondong mengikuti acara semacam ini. Kebanyakan testimoni mereka datang jauh-jauh untuk mengenal lebih dekat gerakan hijrah yang telah bertumbuh dan ingin bertemu sang idola mereka.
   Lihat saja ketika Ustadz Adi Hidayat, Ustadz Abdul Somad, Ustadz Hanan Attaqi mengisi kajian, banyak sekali anak-anak muda yang hadir hingga penuh di setiap tempatnya. Mereka berbondong-bondong untuk melihat idola mereka sekaligus menimba ilmu hal inilah, yang patut kita tiru karena ilmu tidak mudah untuk didapatkan, jangan takut untuk mengeluarkan sedikit uang kalian untuk mencari ilmu karena ilmu lebih penting untuk masa depan dunia mapun akhirat kita daripada uang yang ketika habis dapat kita cari lagi.
     Ustadz-ustadz di atas, selain mempunyai keahlian ilmu di bidangnya, mereka juga dibantu terkenal oleh teknologi. Inilah yang kemudian membuat mereka terkenal.
    Di lain sisi, kini mencari muda-mudi yang menjalankan agamanya di ruang publik tidaklah sulit, banyak di antara mereka kian hari belajar untuk keislaman mereka, meski masih banyak kekurangan, mereka selalu belajar untuk menjadi yang lebih baik. Selain itu, di era teknologi yang kian maju ini, melihat bagaimana generasi muslim milenial dalam bermedia sosial banyak sekali yang membagi konten-konten islami. Penulis menemui mereka satu-satu, menanyakan kisah saat hijrah, jawaban mereka sangat mengagumkan namun terkesan lucu. Saya hijrahnya karena film! Saya hijrahnya karena radio! Saya hijrahnya sejak mendengar kajian youtube! Kata-kata semacam itu sebenarnya lucu sekaligus mencengangkan, sebab, hijrah yang sebenarnya berubah total, mereka jadikan sebagai jalan asyik untuk belajar.
Buku ini akan menghadirkan semua hal itu. Menghadirkan beragam kisah para artis dan muda mudi saat hijrah, menelaah kegiatan islami sebagai gerakan baru, melihat kembali gerakan-gerakan komunitas yang tumbuh untuk memperlihatkan bagaimana hal ini telah lahir di Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini